Kamis, 23 April 2015

Ternyata Alay Juga

Demi apa!
Setelah saya review tulisan saya beberapa posting kebelakang. Saya akhirnya, pagi ini hari ini dengan sangat mengakui,"tulisan saya norak, dan udik. Alay lah mungkin tepatnya".

Cara saya menyampaikan cerita, sangat imitatif dengan tulisan atau buku apa yang saya baca. Tadinya saya, sangat ingin menghapus tulisan-tulisan itu. Tapi biarlah. Mungkin sebaiknya saya buat blog baru lagi. :D

Senin, 10 Juni 2013

Sepotong Kue Coklat (Part 1)


Sepotong Kue Coklat

Hidup, memang aneh. Terkadang kita mendapakatkan pelajaran dari hal hal kecil yang tanpa kita sadar merupakan gambaran sesuatu yang besar.  Kehidupan memang menyimpan banyak keindahan, keburukan, dan rahasia yang kita tidak dapat buka sepenuhnya.
Bangun tidur gue melihat jam dinding hitam bertuliskan angka putih diatas tivi kamar kosan gue yang kecil ini.jarum jam menunjukan bahwa itu pukul 5 sore. Gue pun bangun, dan sholat ashar. Gue ketiduran. Parah. Dari jam 2.
Setelah solat, gue iseng ngeliat profile BBM temen-temen gue. Gue baru inget ini tanggal 10 juni, dan itu adalah hari ulang tahun adeknya temen gue, si kika. Jadi keinget tahun kemaren gue diminta bikinin lagu buat ultahnya kiki, adeknya kika. Lagunya apaan tauk lupa. -_-“
Setelah gue liat liat, kue yang jadi Display Picture nya kika, itu gambarnya  kue coklat. Yang diatasnya ada lapisan coklat cair yang sangat terlihat enak. Ngeliat kue itu, ingatan gue kembali kewaktu umur gue sekitar 3-4 tahun. Gue masih tinggal di Tanjungpandan, Belitung dulu.
Memori itu masih lekat, ketika gue melihat kue dari balik etalase. Gue sama nyokap kesana jalan kaki karena belum punya motor. Gue pake baju kodok warna oranye, dan daleman garis garis. Celana dalem? Ga  pake deh kayaknya, namanya juga anak-anak. Gue ngerengek minta beliin kue dibalik etalase itu. Kue bolu coklat, dengan lapisan coklat cair diatasnya. Ya persis seperti yang ada di display picturenya kika. Mirip. Sangat mirip.
Nyokap membelikan khusus buat gue sepotong, yang lumayan gede bagi gue yang masih kecil waktu itu. Kue coklat itu enak sekali. Gue sperti orang udik yang tidak pernah makan kue. Melahap kue itu setibanya dirumah dengan rakusnya layaknya tikus ketemu ikan asin. Mulut gue penuh akan coklat.
Ga pake lama, setelah keinget memori itu. Gue BBM kika, bahwa kuenya mirip dengan kue yang suka gue beli waktu kecil dulu didaerah pujasera tanjungpandan. Kika sendiri, dulu juga pernah tinggal disana. Kita pernah sekelas, meskipun gue ga pernah kenal dia dulu, karena gue pindah ketika dia baru pindah ke sekolah gue. Kita malah kenal di kampus kita. Dan ternyata orang tua kita kenal deket, bokapnya kika dulu atasannya bokap gue.
Kika lalu bilang,”kok lo bisa inget sih? Gue mah udah agak lupa sama kenangan masa kecil gue”.
“entahlah. Gue ga tau”. Bales gue. Semuanya melintas aja kayak film diotak gue. Kayak semuanya itu adalah film yang udah lama gue simpen di decoder otak gue, menunggu di puter.
“Kalo, jajanan jaman sd yang gue inget itu, ada jagung dalem koran dikasih serutan kelapa sama gula. Pempek harga 50 rupiah. Kantinnya disebelah koprasi yang udah ga layak. Yang jual pengapusan gambar bendera negara”, gue melanjutkan.
“entahlah. Gue kan Cuma 3 bulan disitu.”, kika memang Cuma tinggal sebentar di tanjungpandan, setelah itu dia sama kayak gue; pindah ke Pangkalpinang, sebagai ibukota baru provinsi Kepulauan Bangka Belitung. Ini salah satu contoh hal besar yang mempengaruhi hal kecil. Provinsi baru menyebabkan migrasi kedaerah baru. Anak-anak kecil berpindah-pindah tempat tinggal, teman,  sekolah dan lingkungan. Akibatnya anak-anak seperti gue dan kika, sulit mengingat masa lalu. Provinsi hal besar, dan anak-anak kecil adalah bagian kecil yang nanti jadi besar pula.
“oh, gue inget kembang goyang!”, kika lalu membalas bbm gue.

“ah, kembang goyang. Enak banget tuh.”, gue ngiler. Kembang goyang adalah kue kering berbentung kembang yang manis. Bikinnya digoyang goyang diwajan.

“eh, inget ga di depan kelas satu ada pohon yang kalo bunganya mekar warnanya pink, terus dideket pohon ada kolam, aernya butek”, gue selalu inget main dibawah pohon yang ga terlalu tinggi itu, sampe sekarang gue ga tau itu pohon apa, bunganya berbulu kayak dandelion, didalemnya ada saripati madu, yang kalo di isep pas dapet yang mateng rasanya manis, kalo belum mateng rasanya kecut bahkan ada yang hambar.

“gue ga inget”, bales kika lagi.
“aahaha, gue inget ada kolam soalnya gue pernah ngejorokin temen gue dwiki apa odi kesitu, ijo semua bajunya lumutan. Untung guru udah pulang. Gue sama dia ketawa ketawa aja.”

Memori gue lalu kebawa ke masa masa sd. Kelas 1, gue masih ganteng dan semangat buat sekolah. Setelan baju merah putih baru “bau amoy”(bau yang menguar dari setiap baju baru. Umumnya bau pabrik. Bau amoy, karena penjual tekstil di tanjung dan pangkalpinang umumnya orang tionghoa. Amoy adalah sebutan gadis tionghoa.), kotak pensil berisik dari plastik, pensil merah item chung hua(Ada yang inget?), pensil mekanik baru gue punya kelas 2, warnanya biru gambar bunga-bunga. Jangan tanya kenapa bunga-bunga. -_-

Gue duduk dikursi kayu yang masih kuat, namun terlihat sudah tua, entah berapa lama sudah ada disana. Letak tempat duduk gue nomor 3 dari depan dan dua dari kiri. Gue didandanin seperti anak-anak kampung normal lainnya, karena gue anak pertama dan pertama sekolah, mereka hanya bisa mengikuti apa yang ada disekitar.  Gue dibedakin semuka-muka. Gue yang masih kecil gatau kalo dibedakin banyak-banyak itu bisa ngebuat muka kita menjadi badut ulang tahun. Masa lalu yang suram, norak banget. -_-“

Gue memperhatikan sekitar, semuanya terlihat seperti anak normal. Kecuali di sebelah gue. Di sebelah gue ada anak bule yang tinggi banget, tapi walaupun terlihat tinggi namun wajahnya merupakan wajah kekanakan. Dan tau ga lo. Bule itu juga bedaknya kepo kemana-mana, bule itu juga norak kayak gue.

Bule itu terlihat sangat gugup. Rambutnya sedikit pirang, namun bukan pirang yang pirang banget. Kulitnya putih tidak seperti Albino, seperti murni bule. Gue ngeliatinnya kayak ngeliatin pilem beranak dalam kubur. Takut men. Mau ngajak ngomong tapi gue belum bisa bahasa inggris pan, masih kelas satu sd, ngitung aja baru sampe sepuluh.

“eh, namanya siapa?”, tiba-tiba dia ngajak gue kenalan. Gue kagok, ini bule pake bahasa indonesianya lancar juga. Walaupun belibet.

“Eeeedwin. lo?”, gue gugup men.

“KEVIN.”

Kevin, merupakan temen pertama gue disekolah. Kita ga banyak ngomong ataupun ngobrol. Kita kebanyakan hanya bertegur sapa dan pulang bareng. Kevin orangnya kocak. Bule tolol kalo kata gue. Tapi dia pinter di pelajaran MTK kelas satu sih. Gue? Sebahu kevin waktu itu. 

Terakhir gue kontekan sama kevin dua tahun yang lalu, gue dapet Facebooknya dari Kika. Dan as expected. Dia ga pernah inget gue. What the. . tapi ga penting juga sih. Yang penting gue inget semua kenangan-kenangan sewaktu gue di SD itu dulu. SDN 16 Tanjungpandan. 

Sedih sih temen pertama gue ga kenal gue, tapi mau gimana lagi, ga mungkin kan mau maksa orang inget sama kita? Ngomongin masa SD, gue jadi inget kejadian di pelajaran agama pas kelas 3. . . . . . . . . . ..
Bersambung. . . . . . . . . . . . .

Kamis, 02 Mei 2013

#AkudanPWG

"Ha? Apaan tuh Peewee Gaskins?", Gue 16 tahun, norak dan cupu.

"ini tuh band indie dari Jakarta, win.", Yuda sedang memainkan laptopnya menunjukkan lagu-lagu baru.

 ------------------------------------------------------------------------------------------------------
PEEWEE GASKINS

Hai, gue Edwin. 21 tahun. Dork yang kurang fanatik namun dijamin loyal kepada jargon Dorks Never Say Die! Peewee Gaskins. Gaskin mengajarkan gue banyak hal, dari semisal persahabatan, loyalitas, sampai perjuangan yang berbuah manis. Kali ini, setelah lama ga nulis gue mencoba mengingat, mengetik, dan kembali memperkenalkan band yang selalu ada di playlist gue selama 4tahun kebelakang.

Zaman naik kelas dua SMA, gue keranjingan main ditempat Yuda, karena kita sekelas, dan rumah kita deket. Yuda merupakan father of keren pada era itu disekolah. dia banyak memperkenalkan hal hal keren yang baru. maklum kota gue, Pangkalpinang, yang terletak di Kepulauan Bangka Belitung ini, belum seupdate sekarang, dan waktu itu yang memiliki modem portable adalah gue dan Yuda, mungkin dikelas atau bahkan satu sekolah, atau malah satu kota. Dulu kecepatan modemnya bisa sampe 7.0Mbps. Ga percaya? Yaudah.

Mengenal PWG

"Ha? Apaan tuh Peewee Gaskins?", Gue 16 tahun, norak dan cupu. yang terbayang pertama kali di kepala gue adalah orang mengenakan topeng gas sambil nyanyi nyanyi. Karena Gaskins nya itu. iya gue emang sotoy.
( -,-)
"ini tuh band indie dari Jakarta, win.", Yuda sedang memainkan laptopnya menunjukkan lagu-lagu baru.
Lagu yang disetel Yuda adalah Welcoming the Shopomore. Gue ga ngeh dengan lagu ini. Gue menemukan rasa baru dalam katalog musik di otak gue, setiap neuron-neuron dikepala gue berontak menerima. Tapi waktu membuat gue harus segera pulang. Hari waktu itu udah sore. Gue hanya mendengarkan setengah dari lagu. Gue tinggalin flashdisk gue, karena niat gue waktu ini meminta album A Fresh Start for Something New nya Killing Me Inside, lalu gue pulang.

Keesokan harinya disekolah, Yuda memberikan Flashdisk yang gue kasih. Sampe dirumah, gue buru-buru buka komputer dan mencolok flashdisk ke port USB. Gue buka isi Flasdisk gue, dan ternyata di isi tiga album oleh Yuda. SKYLIT DRIVE, A FRESH START FOR SOMETHING NEW, sama WELCOMING SHOPOMORE. Rasa penasaran gue membuat gue membuka folder Welcoming the Shopomore PWG. Berbeda dengan Yuda, lagu yang menjadi Favorite gue adalah I Hangout With Zombies Without Being One of'em. Karena Lyric nya membuat gue mikir, berteman boleh asal ga merubah jati diri kita. Saat itu gue bosan mendengar lagu dimana-mana tentang cinta. gue pun tidak menaruh minat terlalu besar dengan band ini. Pada awalnya. . .

Munculnya APWG

Disaat gue semakin senang mendengarkan lagu lagu PWG muncullah suatu kelompok anti Peewee. Gue ga bergeming, gue tetep mendengarkan lagu-lagu mereka diplaylist gue, temen-temen yang minjem hape sering bilang, gue homo ya, dengerin nya peewee. Gue cuman bilang," jangan percaya media terlalu banyak, ntar bisa bego. walaupun mereka beneran homo pun, gue tetep dengerin lagunya. Yang gue dengerin itu karyanya, bukan hidupnya."

Gue pernah diajak gabung jadi member, tapi gue selalu ngelak. kalo ada anak APWG banyak lagi ngomong, gue menghindar. lebih baik menghindari orang gila. Sampe gue pernah hampir dibikinin baju APWG sama orang, gue ga ngaruh. Setiap ngomong sama Yuda yang waktu itu sempat APWG(ironis, yang memperkenalkan gue akan lagu PWG bisa APWG :D ), gue selalu jawab, iya, he eh, oke, siap. Gue sampe gatau dia sebenernya ngomong apa. Sebenernya kita bisa benci sesuatu karena kita benar-benar menyukainya dan kita salah mengartikannya, jadi wajar Yuda begitu karena di fanatik awalnya. Gue? gue udah bilang gue ga fanatik.

Making Love With PWG

Yuda, yang telah kembali kejalan yang benar lalu memberitahu gue, PWG akan mengeluarkan Album baru. AD ASTRA PER ASPERA; MENCAPAI BINTANG DENGAN JERIH PAYAH. Gue yang bosan menjadi penikmat bajakan lalu mengumpulkan uang untuk membeli CD ORI PWG. Gue masih inget gue beli Via Online, Dua hari setelah rilis. karena gue udah ga tahan, sempet ada penundaan rilis albumnya beberapa bulan sebelumnya. Beberapa hari setelah memesan, di Prambors Concept Store CD datang, gue langsung sobek kertas pembungkus dan melihat 5 astronot yang bisa bernafas di planet mars sepertinya.

Jadilah, CD AD ASTRA PER ASPERA menjadi album ori pertama yang gue beli dengan mengumpulkan duit sendiri. Ada tanda tangannya lagi. Dan yang membuat gue bisa ngecengin Yuda adalah gue lebih dulu membeli CD tersebut.
:D

Gue ngefans banget, sama PWG. Lagu Indonesia yangada diplaylist gue cuma ada empat tipe. Satu lagu Bikinan gue, dua lagu lagu Erwin Saz, tiga lagu band indie sekitar dan yang mendominasi adalah lagu PWG.

Tahun lalu gue dan band gue mengikuti lomba yang mengharuskan band gue untuk mencipta lagu. Gue ga bisa nafas dengan bener. lalu semuanya berubah ketika negara api menyerang. Bukan, semuanya jadi begitu mudah, setelah mendengarkan teaser Nikmati Hari PWG. Dan entah disengaja atau tidak, lagu yang gue bikin nadanya hampir mirip dengan lagu diatas dimaksud. Kalo ga percaya silahkan dicek; Reverbnation.com/chickenpoxtragedy
*Awas drummer gue baru belajar drum. maaf atas ketidaknyamanan telinga anda.
intinya mereka inspirated, menginspirasi. Selain itu mereka juga membuka jendela baru yang selama ini gue cari; lagu dengan tema dan warna yang berbeda.

Sekarang gue udah 20 tahun, gue tumbuh dengan lagu-lagu yang positif, gue tumbuh dengan lirik-lirik nakal nan inspirati dari seorang Dochi yang membuat gue berfikir. Hey, gue ga perlu jadi orang lain buat dihargai seseorang. Orang sefreak dochi aja bisa. Karena jujur gue juga freak, gue juga sering dikeluarkan dari band karena idealisme gue yang beda sama mereka; ngeband buat terkenal, buat dapetin cewek. Gue? Gue ngeband buat jadi sesuatu, buat nunjukin keorang-orang ini gue, dan gue bisa.

Yang paling gue suka? Selain pencipta lirik genius DOCHI SADEGA A.K.A ALDITSA SADEGA, Gue sangat menyukai HARRY PRAMARDHIKA A.K.A AYI DELONGE. Hahahaha.
Detik tak bergerak is a Heart Touch song. I like his fender tele before he switch into ephiphone SG, i dunno why but he's cooler with fender.

BTW, my band Chickenpox Tragedy A.K.A CPXT A.K.A CHIPOX will goin to record a new single, with better player and songs, tittled FIGHT FOR GLORY. Gue punya satu mimpi besar, manggung bersama PWG, dan menghentak panggung Dunia. PWG? is more than a Band. It's a Family. A big Family. That's my story, how about yours?

ini foto pertama Peewee yang gue liat.
keren bro